Pendakian Gunung Prau – Wonosobo (24 -27 Desember 2015)

1

Hai adver, gue udah lama banget ga posting disini, padahal banyak banget perjalanan yang gue lakuin yang belum sempet gue share diblog ini. Semoga kalian ga bosan membaca cerita perjalananan gue yang selalu membawa perasaan didalamnya. Semoga kalian ga benar” nunggu cerita perjalanan gue yang lainnya (kepedean).

Perjalanan ini perjalanan ke-2 gue ke dieng Wonosobo, tapi perjalanan kali ini punya misi berbeda. Sambil menyelam minum air, Sambil pagar nanam tanaman *apaseh? Misi ini gue tulis di Blog tetangga yang gue buat khusus untuk cerita pribadi gue. Sebelum kalian baca ini mendingan kalian baca dulu cerita pendakian gue sebelumnya. Karena masih ada sangkut pautnya dengan pendakian ini.

Elo masih inget dengan teman mendaki gue yang bernama Budi, dan gue sering panggil dia dengan tambahan Om didepannya. Ya dia Om Budi, teman sependakian gue beberapa tahun lalu. Dia udah lama banget ga ada kabar, kurang lebih 2 tahun berlalu setelah pendakian gunung gede. Gue ga perduli sekepo apa gue tentang dia, seberapa banyak do’a yang gue selipkan disetiap do’a gue, seberapa banyak tetes air mata yang gue keluarin karena berusaha membunuh semua harapan-harapan yang tidak akan pernah jelas ujungnya ini. Yess gue melakukan pendakian kali ini bersama dia.

Pendakian ini direncanakan di bulan September 2015. Dan gue ga pernah nyangka bisa ketemu dia lagi. Entahlah saat ini gue harus bersyukur atau tidak. Tapi gue merasa bahagia, meskipun tidak sebahagia dulu. Pendakian ini gue yang minta, entahlah untuk apa, tapi gue butuh pendakian ini.

Sebenernya pendakian ini hampir akan gagal, karena om Budi masih juga tidak jelas. Tapi pas gue hubungi lagi pas beberapa minggu menuju hari H. Dia ga bisa mendaki karena ga ada perlengkapan, sama gue juga pun begitu. Tapi kalo ada dia menjanjikan pendakian itu terjadi. Jadi gue masih harus berjuang untuk ini. Okeh, gue cari cara. God, Help me Please !! (penuh harap). Tapi kalo ga ada perlengkapan kita Cuma jalan-jalan ajah di dieng L.

Tepat tanggal 23 Desember 2015 H-1, gue kasih kabar ke om Budi kalo gue ga dapet perlengkapan, so, dengan terpaksa kita hanya bisa jalan-jalan di dieng. Belum lagi gue harus beli tiket buat besok, sepulang acara tahunan kantor yaitu “makan malam sepuasnya menjelang tutup tahun” kira-kira gue dari hotel merlyn park Pukul 22.00 WIB menuju Lebak Bulus. Gue bermacet-macet ria dari Grogol sampai dengan Cawang. Entahlah apa yang sedang gue perjuangkan saat ituh. Sesampai di Plaza PP gue belok kiri membalik dari arah pulang rumah gue. Saat itu pukul 23.30 Wib, gue melihat jalan tol ke arah bekasi macet parah ga bergerak dan jalan balik nanti gue ikut macet. Tapi melihat itu tidak mengalahkan tekat gue untuk sampai ke lebak bulus, hari semakin larut, udara dingin malam kadang-kadang terasa sampai ke tulang. Bahkan gue ga tahu dimana letak Lebak Bulus sebenarnya (gue pernah berada dilebak bulus sekali, tapi pas turun dari bus langsung pulang). Gue tanya-tanya orang yang gue rasa dapat dipercaya. Pukul 00.05 Wib sampailah gue di lebak bulus, gue diantar calo berpakaian preman menuju tempat pembelian tiket. Gue dapet 2 tiket Bus Dieng Indah Executive keberangkatan pukul 16.00 Wib.

Gue bergegas pulang dan ikut serta bermacet-macet ria, sampai depan gang rumah tepat pukul 01.10 Wib ini namanya pulang pagi. Portal gang rumah gue udah ditutup, gue mampir sebentar ke alfa depan gang beli sesuatu untuk nyokap gue. Lalu gue minta penjaga bukain pintu portal. Thanks Allah untuk malam ini.

Pagi-pagi nomor om budi ga bisa dihubungi lagi, gue langsung sms tentang tiket. Dan Fiks gue ketemuan dengan dia di Pasar Rebo Jam 12.00 Wib siang nanti.

Maap yaa ceritanya sangat bertele-tele, hehehe. Berangkat…!! gue ga tau harus bagaimana kalo dideket dia, gue seperti kehabisan kata-kata dan canggung. Dan gue ga mau dia tahu tentang malam tadi. Gue selalu denger dari mulutnya keterpaksaan dia ikut perjalanan ini. Sumpah gue sedih banget sebenernya, mata udah berkaca-kaca gue tahan. Nulis ini pun gue ga bisa nahan air mata gue, kalo gue inget saat itu.  Hati gue sakit-sesakit-sakitnya. Tapi, gue harus selesaikan ini semua. Sabar gue ga boleh berhenti sampai dengan perjalanan ini berakhir.

Sesampainya di Lebak Bulus kami singgah di warteg untuk makan siang. Setelah itu kami bergegas masuk terminal bus antar kota. Ramai sekali didalamnya, Panas terik tidak mereka hiraukan mereka tetap menunggu berjam-jam lamanya. Dan sekarang giliran kami ikut menunggu karena Bus yang akan kami naiki belum datang. Sampai dengan jam 15.30 Wib, bus kami belum juga datang. Om Budi konfirmasi kepada agennya kembali, ternyata bis yang kami dapat tidak dapat dihubungi sampai dengan saat ini. Dan Agen memberi pilihan yang ga masuk akal “mau uang dikembalikan atau dipindah ke Bus Pariwisata dengan nambah Rp. 50.000,-/kursi”. Tidak pikir panjang kami tambah lalu kami bergegas naik bus pariwisata yang sudah di sediakan.

Pukul 16.00 Wib gue lihat keluar jendela bus yang kita tunggu tiba, penyesalan itu selalu datang belakangan. Tapi ga papa ga mama, setidaknya ada ibu-ibu yang bisa gue ajak ngobrol. Sedangkan Om Budi sedang ngobrol dengan dua orang cowo yang akan mendaki Gunung Sindoro sambil mengepul asap *****, sambil menunggu keberangkatan bus.

Pukul 17.00 Wib akhirnya jalan juga ini bus, baru masuk tol udah ga jalan nih bus, sekalinya jalan Cuma satu atau dua meter. Dari Lebak Bulus ke Kp. Rambutan kurang lebih 4 jam, sampai dengan bekasi jadi 6 jam. Apakah?? Om Budi udah kesekian kalinya bilang kalo mau balik pulang. Sedihkan Gue? Sedih yang dibuat sendiri ini mah.

 

“At the Bus, kadang loe buat gue sedih, buat gue jatuh, buat gue sakit hati parah. Dan kadang loe buat gue jatuh cinta, terbang melayang & membuat gue mengukir harapan-harapan lagi dihati gue. Loe memang orang paling jahat yang pernah gue kenal. “

Kurang lebih sampai diterminal Wonosobo pukul 21.00 Wib. Sebelum sampai di terminal ada kebodohan gue, yang buat dia ngambek. Tapi, seriusan ini miss communiction  antara gue dan dia. Karena gue yang salah gue rela dia ambekin. Gue Cuma bisa diem, nurutin dia mau kemana ajah. Kami membeli tiket bus untuk pulang hari minggu nanti. Agen bis sudah pada tutup secara jam 9 malem. Tapi 2 agen yang belum tutup yaitu Pahala kencan & Rosalia. Kami memilih Bus VIP Pahala kencana keberangkatan ke Kp. Rambutan pukul 13.00 Wib hari minggu nanti. Tiket sudah di tangan dan aman.

Sekarang kami mencari bus serupa mikrolet menuju dieng, yang gue tau jam 5 sore udah ga ada. Tapi ternyata masih ada mereka nyari muatan ada 3 mobil. Satu untuk pendaki yang menuju Gunung Sindoro, satu lagih untuk ke dieng, satu lagih untuk ke Mt. Prau. Om Budi sempet nanya sama gue mau nanjak atau stay di dieng. Dengan hati penuh suka cita gue jawab maunya nanjak ke Mt. Prau. Meskipun ga bawa perlengkapan tapi rombongan yang mau ke prau juga sama kok, ga bawa perlengkapan yang memadai. Mereka ga pake nge-camp alias naik langsung turun. Dan gue menerima ituh.

Kami berkenalan dengan yudha anak Budhi Luhur dan keponakannya. Kita bakalan bareng-bareng nanjak nanti malam. Yeeee nanjak Gunung Prau !! Semangat 2015 ini mah. Kita turun di petak banteng (gue lupa namanya). Kami nyari homestay buat bermalam sejenak menunggu jam 2 pagi menghampiri. Makan lalu mandi bersih-bersih… ternyata homestay tempat gue mandi mau tutup, mereka ga buka sampe jam 2 malem. Kami pun terpaksa pindah ke homestay lain, alhamdulillah ga jauh dari situ kita dapat penginapan sementara. Tidur rame-rame, ga berharap orang ngeliat gue lagi ngorok.

Semua cowo ga tidur, mereka ngobrol di luar alias begadang menunggu jam menunjukan pukul 2 pagi. Sedangkan gue sih mau bobo duluan ya… hehe

Aku ga pernah tau apa ini?

Setiap kali berada didekatnya hilang rasa sedih ini,

Hilang luka yang tidak kunjung terobati,

Berharap waktu terus seperti ini,

Tidak akan pernah datang pagi

Pukul 02.00 Wib, kita semua yang stay di homestay ini bersiap-siap untuk mendaki. Keluar dari homestay udara dingin khas dieng menghantui kulit kami membuat kami kadang menggigil. Kami sekarang ber-4 (gue, Om Budi, Yudha dan keponakannya) ketempat perijinan terlebih dahulu. Setelah itu kita minum secangkir teh panas sebelum memulai pendakian. Karena diantara kami tidak ada yang membawa senter/headlamp, jadi kita sewa dengan jaminan ktp gue.

Ayo kita mulai pendakian…!!

Baru sebentar melangkah menaiki jalan yang menanjak, nafas gue senin – kamis begini. Kelamaan dirumah ini, kebanyakan tidur x yaa. Hehehe Okeh gue harus atur nafas gue, gue ga bisa jalan 2 s/d 3 langkah lalu istirahat 1 menit. Kapan nyampenya kalo begini terus?? Gue melangkah pelan-pelan continue ga pake istirahat, karena kalo udah istirahat lalu jalan lagih langsung berasa capeknya. Tapi gue bukan fitri yang dulu kok, yang bertahan pada zona aman & nyaman gue sehingga meninggalkan yang lain. I love u om, kali ini kita akan jalan sama-sama lagih dan sampai denga turun nanti.

Gue ga hafal pos-posnya, tapi seriusan sepanjang jalan ituh dingin banget udaranya. Kabut terus saja mengelilingi kami. Perjalanan ini ga romantis kok, ga seromantis di gunung gede waktu ituh. Yaa ini waktunya melupakan yang telah lalu, tidak usah terus membahas masa itu. Bukannya tujuan kesini akan mengakhirinya?, gue hanya bisa memandang dia dari jauh hingga puas. Melihat dia kelelahan, melihat dia bercucuran keringat, melihat dia dan terus melihat dia. Gue bahkan ga pernah berharap sedikit pun untuk dia mengulurkan tangannya saat benar-benar gue kesulitan menaiki medan yang terjal. Tapi gue tetap dibelakanganya mengikuti langkahnya, jika gue diminta lebih dulu jalan, maka gue berjalan duluan tanpa harus meninggalkannya (This is not me).

Selama perjalanan kami juga ga terlalu banyak bicara, dan gue baru sadar itu pas nulis ini. Puncak sudah dekat, tenda-tenda  para pendaki sudah terlihat, sementara kabut semakin tebal dan memutuskan jarak pandang kita dengan jalan. Tidak lama kemudian kami telah sampai sebelum garis sunrise terlukiskan dilangit. Gue melihat om budi menggigil hebat, sedangkan jacketnya gue pakai. Gue tawarkan, tapi dia menolak. Gue panik, gue nahan tangis. Gue ga tau harus berbuat apa. Kecuali gue harus maksa dia untuk pakai jacketnya yang gue kenakan.

“Aku ga kedinginan, walaupun tanpa jaket om Budi kok..!! karena jaket yang aku pakai juga mampu mengusir dingin, jadi please pake ini!!”

Gue tenang setelah dia memakai jaketnya. Rame banget disini,  gue bisa memandang om Budi dari belakang yang sedang mengambil gambar sunrise. Gue hanya dapat menikmatinya, gue mengambil sedikit gambar untuk mengabadikan moment bisu ini.

2

Ya Allah,

Aku sudah seberusaha ini bertahan mencintai orang yang ga pernah mencintaiku,

Berharap orang yang tidak pernah mengharapkan ku,

Memikirkan orang yang  tidak pernah memikirkan ku…

 

Disini aku ingin meninggalkan semuanya,

Aku mencintainya bersamaan dengan keindahan,

Maka aku meninggalkan cinta yang gila ini bersama keindahan..

 

Kau pemilik hati ini,

Maka aku mohon hapus dia dari hati dan fikiranku,

Setelah perjalanan ini berakhir,

Aku mau dia tidak pernah lagi muncul dikehidupanku

 

Jika perjalanan ini penuh dosa,

Ampuni aku ya Allah

Waktu menunjukan pukul 06.00 wib, om Budi mengajak gue turun. Kali ini gue ga tau lagi kenapa? Gue bener” cupu, lebih hati-hati melangkah kebawah, gue perhatikan apa yang akan gue pijak, dimana kaki gue akan berpijak. Dan pada akhirnya, bekas cedera kaki gue kambuh dan gue mulai terpincang-pincang. Kalo dirumah gue bakalan nangis menjerit-jerit, tapi kali ini gue lupakan tangisan ituh. Gue kuat, gue cewe yang beda dari cewe lainnya. Semengat fitri, sedikit lagi sampai !!

Sesampainya dibawah gue kembalikan headlamp lalu menuju homestay, lalu tidur di tempat malam tidur. Sedangkan om Budi bergegas mandi sarapan baru tidur. Kalau gue Cuma gosok gigi setelah bangun tidur terus makan. Karena gue numpang di ruang keluarga, jadi banyak orang yang berlalu lalang saat tidur, pada akhirnya kami memutuskan untuk sewa kamar untuk tidur semalam ini. Sebenernya kami mau sewa disamping homestay ini, berhubung orang yang sewa kamar belum datang dari pendakian, kami meminta pemilik homestay mencarikan kami tempat yang lain.

Tidak jauh dari sini, lebih tepatnya disebrangnya jalan ini. Pukul 15.00 Wib akhirnya kami bisa istirahat tenang dengan springbad, asiiikkk.

Say good bye !! Om Budi, ini senyum dari hati yang terakhir dari akuh…

8

Hari sudah pagi, bukan ini sudah siang!! tapi kami masih tertidur pulas. Gue membangunkan diri bergegas mandi lalu mencari sarapan. Tadinya gue nyari nasi padang, tapi ga ada satupun terlihat disepanjang jalan yang gue lewati. Akhirnya gue memutuskan untuk beli nasi rames dua bungkus dengan telor ceplok dan gorengan yang baru matang. Terus dapet bonus gendong dde kecil yang imut anaknya penjual nasi rames ini. Rasanya ga mau kembali ke homestay, atau rasanya pengen bawa nih anak ke homestay.

Sesampai kembali ke penginapan, om budi masih belum terbangun dari tidurnya. Gue tawarkan teh panas atau kopi. Dan dia memilih teh manis, gue segera ambil kedepan atau ruang tamu, ternyata teh manisnya udah dingin semua. Gue langsung bergegas ke homestay sebelumnya untuk minta ibunya membuatkan segelas teh panas untuk om Budi.

Tapi dia masih belum bangun sampai mata pengen tidur lagi. Ga lama kemudian dia bangun langsung ke kamar mandi lalu kita sarapan sama-sama. Gue ga nyangka nasi rames yang harganya murah bangett rasanya pun enakkk gila (lebay). Tapi seriusan ga boong ! Lalu kita packing-packing siap-siap meninggalkan penginapan. Setelah selesai kami menunggu jam menunjukan pukul 11.00 Wib, gue izin sebentar ke homestay sebelumnya untuk membayar teh manis dan membeli oleh-oleh.

Pukul 11.00 Wib kita pamit sama yang punya penginapan, lalu menuju terminal dengan mikrolet. Sesampainya diterminal, kami makan siang bergantian sesuai selera. Pukul 13.20 Wib bis kami baru ada. Dan keselnya bis yang kami dapet bis cadangan atau bis kedua yang jumlahnya penumpangnya masih sedikit. Jadi kami harus rela ikut supir muter-muter cari penumpang supaya bus penuh. Alhasil sampai di jakarta yang seharusnya subuh. Kami baru sampai terminal kp. Rambutan jam 08.00 Wib.

“terima kasih om Budi, atas waktunya nemenin nanjak akuh!!”

Kata yang terakhir gue ucap bertatap langsung dengan dia “aku duluan ya om!”

Secara gue telat ngantor, hape gue ga jelas, hape kakak gue lowbath… Siap-siap dimaki-maki bos sampai dimeetingin.

 

Mencintai dia adalah pelajaran berharga buat aku,

Beberapa hari lagi tahun baru akan tiba..

Aku akan buka lembaran baru,

Dengan orang yang lebih bisa menghargai perasaan ku…

Semoga dipertemukan … amin…

 

The End

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.