Perjalanan ke-4 temu rindu pada dataran tinggi Dieng – Wonosobo

Perjalanan ke-4 temu rindu pada dataran tinggi Dieng – Wonosobo

IMG20180818053236

Hai ho adver, kembali lagi bersama gue fitri dengan cerita yang alurnya suka-suka gue. Cerita perjalanan gue kali ini yaitu perjalanan ke-4 gue ke Dieng – Wonosobo. Sepertinya gue benar-benar jatuh cinta dengan dataran tinggi yang natural, indah dan subhanallah banget ini. Meskipun ini udah perjalanan ke-4, tetep gue punya cerita berbeda. Kenapa??? Karena gue melakukan perjalanan dengan orang yang berbeda, musim yang berbeda dan waktu yang berbeda. So, jangan pernah bosen ya baca cerita-cerita gue !!

Sebenernya perjalanan ini udah di Planning dari bulan Februari 2018 tapi berhubung gue ada rencana lain ya sudahlah yah gue realisasiin Bulan Agustus ini yang tepatnya tanggal 16 – 20 Agustus 2018. Kali ini gue ngajak dua temen kantor gue yaitu Devi dan Fean. Ada satu lagi temen gue Irma dengan keluarganya tapi kita berangkat terpisah.

Hari Senin, tanggal 13 Agustus 2018

Kita cari tiket bus di Agen yang letaknya di Ring Roud deket kantor gue sekitaran cengkareng. Pertama tujuan gue mau naik Bus Po. Dieng Indah yang dulu harganya Rp.80.000,- eh ternyata naik jadi Rp.120.000,- dengan alasan tanggal 16 adalah hari ramai libur panjang menjelang Idul Adha. Gue ga terima gitu, secara duulu gue dapet tiket dengan harga murah… hahaha. Kita cari ke agen sebelahnya lagi, owh iya ini semua bukan agen resmi loh. Kita milih beli disini karena jaraknya deket dari kantor, itu ajah!!. Ternyata eh ternyata agen sebelahnya juga matokin dengan harga yang sama. Lalu kita pindah lagi ke Agen PO. Sinar Jaya yang terlekenal harganya cozy banget buat backpacker kecil-kecilan kaya kita. Yupz,, pilihan yang tepat memilih bus ini secara murmer banget tapi kita harus pesen tiket on the spot pas hari H nya. Kita kembali ke kantor tanpa hasil. Wokeh hari H pagi atau pas makan siang kita berencana ke Terminal Kalideres, dengan harapan akan dapat harga yang lebih miring.

Hari Kamis, tanggal 16 Agustus 2018

Tepat Jam Istirahat kantor, kita ber-4 (gue, Devi, fean dan Winda). Owh iya, tanpa mengurangi rasa terima kasih kita, Winda itu udah ngebantu banget kita nyari tiket  dan sebagainya meskipun ga ikut ke Dieng. Thanks berat Winda sayang, semoga trip berikutnya kita bisa bareng-bareng. Oke kita lanjut ceritanya yak, kita naik motor panas-panas dan macet pula ke Kalideres masih dengan harapan yang sama yaitu dapet tiket Bus dengan harga yang cozy. Pertama kita langsung menuju Agen Resmi PO. Sinar Jaya, Dan lagi-lagi kita dapet hasil nihil, Tiket habis untuk keberangkatan Jam 15.00 Wib, dan untuk bus perjalanan jam 17.00 Wib baru dibuka jam 15.00 Wib dan setelah itu ga ada lagi. Kita ga mungkin jam 15.00 Wib izin ke luar lagi untuk beli tiket dan izin pulang on time sebelum jam 17.00 Wib. Itu sesuatu hal yang ga mungkin banget buat pekerja kaya kita dengan kondisi kantor kita..hehehe. Kita pun ke agen Resmi PO. Dieng Indah harga tiket Rp.130.000,-/orang. Ternyata semakin mahal adver. Kita ke Rencana awal lagi yaitu beli tiket di Ring Road dengan harga Rp.120.000,-. Setelah kembali ternyata harga sudah naik semua menjadi Rp.140.000,- untuk Bus Dieng Indah maupun Sinar Jaya. Keputusan terakhir yang kita ambil adalah membeli dengan sangat terpaksa Tike Bus Dieng Indah sebesar Rp.140.000,- di tawar menjadi Rp.135.000,- untuk 3 orang menjadi Rp. 405.000,- dengan keberangkatan jam 18.30 Wib.  Tiket sudah di tangan, kita pun kembali bekerja.

Jam 17.00 Wib dimana jam ngantor sudah selesai. Div. Finance & Accounting on time pulangnya. Gue numpang mandi di kantor sekalian re-packing sambil nunggu Adzan Maghrib buat solat, sementara Devi Cuma bersih-bersih dan re-packing sambil nunggu Adzan Magrib Pula. Kita juga ke Indomaret dulu untuk beli cemilan-cemilan. Sementara Fean pulang ke rumahnya diantar Winda untuk naruh motor Plus belanja segala keperluannya.

Jam 18.30 Kita berangkat diantar temen kantor naik motor yaitu termasuk Winda. Sekali lagi thanks a lot Winda J dan juga teman-teman yang membantu. Sesampainya di TKP penungguan kedatangan Bus ….

30 Menit berlalu

1 Jam berlalu

2 jam berlalu

Bus tak kunjung hadir di depan mata, untung Devi ga letih-letihnya berkicau bagai burung di dalam sangkar. Hahhahah… Wokeh, dari pada bête mening lihat sekitar ada sekumpulan pendaki yang sama-sama lagi menunggu bus. Bonusnya diantara mereka kebanyakan ganteng-ganteng. Mulailah jiwa wanita gatel kita tertantang… hahaha… berhubung kita ganjil ber-3 dengan kursi 2-2 maka dengan kesepakatan gila, “kalau yang sendiri kedapetan duduk sama salah satu cowok ganteng tersebut”. Kita harus dengan rela di kocok namanya siapa yang dapet. Tapi kalo cowonya ga ganteng, antara gue dan fean yang ngalah duduk bareng dia. Terus Devi???? Devi mahhh ga mau terpisah dari satu diantara gue dan fean kecuali ada cowo ganteng. Ke pinteran tuh anak….hahaha (semua dibuat fun)

Bus tiba, tapi bukan Dieng Indah melainkan bis pariswisata penggantinya. Pertama gue naik ke bus, yang lain mengikuti. Pas gue liat kondisi bus dengan kursi 3-2 dan tanpa Toilet. Gue langsung infoin ke belakang kalo bus ini bukan bus kita. Kita pun turun lagi dan menanyakan pada agen. Meraka bilang kita diminta menunggu bus berikutnya. Kita lihat betapa repotnya pihak agen dan pihak bus berdebat, betapa bingungnya penumpang disuruh naik turun bus, hingga pada akhirnya dengan perdebatan kecil kita pun diminta naik kembali ke bus tersebut. Kondisinya penuh, tak ada satu pun kursi yang kosong lagi. Semua penumpang yang sudah duduk matanya tertuju pada kami dengan celotehan kecil tak bermakna yang kalo di denger bisa menyakitkan hati. Kita di minta ke kursi paling belakang, yang jelas-jelas sudah ada yang duduki. Dan cowo” pendaki yang duduk di kursi belakang di minta naik ke atas untuk duduk di tempat yang seharusnya untuk barang-barang. Termasuk ada cowo ganteng yak adver lumayan buat ademin mata…. Mereka bergerutu seolah ini semua terjadi karena kita ber-3. Padahal kita juga ga mau awalnya naik. kezeeelllLLL…

Berangkat..!!!!!

Selama perjalanan di samping kiri gue duduk anak cowo dan di samping kanan gue Devi. Dan mereka bergantian kalo udah tertidur kepalanya nyender ke pundak gue. Kadang-kadang bersamaan mereka begitu… Mau gue geser kasian lagi tidur, Untung pundak gue kuat bisa menopang kepala kalian berdua… hahahaha…

Kondisi jalanan yang dilewati macet yaitu Tol Bekasi, Cikarang dan jalanan Brebes, Puwokerto. Expetasi kita sampai ke Wonosobo Jam 10.00 Wib tapi karena kondisi jalan,  realitanya jadi 14.30 Wib. Lumayan jauh juga yak…. Istirahat Pertama di Brebes sekitar pukul 04.00 Wib Pagi… Kita sedikit bingung mau solat subuh tapi belum adzan, kita ke Toilet lalu makan Bakso. 30 menit kemudian perjalanan di lanjutkan kembali. Dan Istirahat ke-2 di Banyumas kali ini kita Cuma ke-toilet dan Lanjut Jalan.

Hari Jum’at, 17 Agustus 2018

Sesampainya di Terminal Wonosobo sekitar pukul 14.30 Wib, kita lanjutkan lagi naik mikro bus jurusan Terminal Wonosobo – Dieng. Lumayan lama juga nunggu penumpang disini, karena mereka biasanya tunggu penuh baru berangkat. Perjalanan ke dieng juga ga begitu mulus, karena bertepatan Hari kemerdekaan Indonesia disana mengadakan beberapa pawai di jalan untuk memerihkannya. Sehingga, terjadilah macet.

Sebelumnya, gue Tanya dulu diantara mereka berdua mau Explore Dieng atau mau nanjak Mt. Prau. Dan Fean menyerahkan pilihan itu ke Devi, jadi perjalanan kali ini diputuskan oleh Devi ya adver. Devi minta nanjak dan Camping di Mt. Prau. So, kita berhenti di Petak Banteng. Sampai disini kira-kira pukul 17.30 Wib menjelang Adzan Maghrib. Dimana Senja terlihat di langit, matahari meninggalkan cahaya merah saga tepat di bukit-bukit yang mencakar langit dan dimana Gunung Sindoro yang terlihat gagah dari kejauhan berwarna merah dalam hitungan detik. Subhanallah, aku tak pernah berhenti bersyukur atas apa yang telah Kau berikan pada ku tentang kesempatan kali ini, keindahan hari ini kebersamaan yang Kau izin kan aku bersama mereka. Semoga mereka merasakan apa yang gue rasakan dan tidak mampu melupakan tiap detiknya perjalanan ini. Mungkin ini perjalanan gue yang ke-4 dan ini perjalanan pertama mereka ke sini, semoga ini tidak membedakan kebahagiaan kita.

Gue sempet lupa homestay yang pernah sebelumnya gue tumpangi karena kondisinya itu 4 tahun yang lalu. Gue Tanya sama temen gue, dan dia ga ngasih pencerahan sedikit pun ke gue. Kondisinya berubah, sekarang tiap warung menyediakan tempat istirahat untuk pendaki. Setelah lama melangkah & mencari, gue still yakin pada satu rumah, yang kondisinya saat itu sangat sepi. Gue ketuk pintu mengucapkan salam tak ada satu pun respon dari dalam. Tiba-tiba seorang bapak datang. Dan ternyata benar ini tempat yang pernah gue tumpangi. Gue sering menyebutnya Basecamp, karena dulu banyak pendaki yang bermalam disini menunggu Jam 02.00 untuk summit. Sumpah, gue berasa pulang kampung. Yang gue ingat mereka sekeluarga sangat ramah seperti keluarga sendiri sama semua pendaki. Well, anggap ajah kita lagi pulang kampung yak. Kita masuk, dan semuanya ga asing, masih sama seperti dulu. Hanya Mas Heri dan ibunya ga ada, jadi ga ada penyambutan hangat hari ini. Tidak apa, tapi setidaknya kita bisa beristirahat, bersih-bersih sambil persiapan pendakian setelah ini.

IMG20180818131221

Laper, berhubung ibu ga ada, jadi ga ada yang masakin buat kita makan. Kita keluar cari makan nasi, semuanya ramai jadi kita harus bersedia sabar menunggu. Satu per satu warung makan kita datangi dan pada akhirnya kita jatuhkan perut pada warung pertama yang seperti warteg. Prasmanan, sehingga kita melayani diri kita sendiri… Setelah makan kita kembali untuk bersih-bersih, Solat dan prepare nanjak. Kita bawa 2 tas, tas satu untuk slepping Bag dan Mungkena dan yang satunya lagi untuk Logistic dan Air. Tidak lama kemudian mas Heri datang berbarengan dengan 4 orang pengunjung. Dengan sapaan karena lama tidak jumpa, gue langsung to the point mau sewa Tenda, Carriel, Matras dan Lampu Tenda. Mas Heri sepertinya mengkhawatirkan kita untuk nge-camp di atas karena kita ber-3 cewe semuanya. Tapi kokoh pendirian kita, tetep muncak dan camping tujuannya. Hahahaha… Kita ngobrol sama pengunjung tersebut sementara Mas Heri mempersiapkan barang-barang sewaan kita. Setelah siap…Berangkattt…!!!

Pertama kita ke Basecamp dulu buat regrestrasi Simaksi pendakian MT. Prau, Masih sama ramai orang yang baru turun dan ramai orang baru mau naik kaya kita. Buat adver yang baru pertama kali nanjak, lo semua ga usah sungkan buat ngobrol tegur sapa sama pendaki lainnya, karena sejatinya pendaki itu ramah-ramah orangnya. Lo ga usah takut di bilang sok deket sama mereka, karena mereka semua welcome sama kita semua. Ga usah Jaim, tapi attitude tetep harus di pakai ya… Salam Satu Jalur Petak Banteng lah yahh… untuk harga atau biaya gue akan jelaskan di akhir ya…

IMG20180817203711

Adver, kalian harus tau bahwa hari ini adalah kebahagiaan buat gue. Gue kangen banget mendaki, gue banyak kehilangan teman-teman sependakian gue karena mereka sudah punya kesibukan masing-masing untuk keluarga barunya. Mungkin karena sampai saat ini gue masih single, so gue merasa di tinggalkan. Doain gue semoga gue menemukan belahan jiwa gue dan lekas menjalin keluarga bahagia ,tapi nanjak + backpackeran tetap jalan. Hahaha.. Aminin yak…

Beberapa pendaki lain meragukan kita ber-3 untuk nanjak malam ini, dan mereka mengingatkan kita untuk pake masker karena lagi berdebu banget di atas dan bawa minum karena ga ada sumber air di atas. Oke, kita beli minum 2 botol lagi dan siapin masker. Bukan Masker bengkoang ya adver!!.

Kita mulai dengan Do’a

Namanya juga baru mulai nanjak tanpa pemanasan, nafas senin-kamis ajah udah Alhamdulillah, Kita galau ginih, Ga pake jaket tapi dingin, pake jaket tapi engappp… gue & fean memilih melepas jaket dan terus berjalan supaya ga dingin, tapi devi memilih pake jaket dan banyakkk berhenti. Hahaha…(namanya juga baru). Step by step kita jalan di tengah kegelapan, hanya bercahayakan headlamp dan senter di tangan pendaki. Menyusuri jalan gelap, menanjak, berdebu dan dingin. Sementara langit di hiasi ribuan bintang-bintang yang berkelap-kelip, sementara angin mengibaskan apapun yang ia hampiri. Dingin menusuk tulang tapi semangat terus saja membakar di dalam diri. Coba jelaskan apa yang ada di pikiran kalian selama pendakian?? Masa depankah? Atau masa lalu? Atau penyesalan? Atau semangat untuk menempuh hari yang baru. Aku sangat bersemangat…!!

Seperti biasa, gue ga terlalu banyak minum saat mendaki, dan gue ga bisa terlalu banyak ngobrol saat mendaki karena energy gue bisa habis dan gampang lelah, Gue juga ga bisa terlalu sering istirahat duduk ketika letih, karena jika itu terjadi untuk memulainya lagi bisa berasa banget lelahnya.

Jadi menurut catatan bodoh pendakian gue :

  • Jangan terlalu banyak minum ketika mendaki, nanti buang air kecil melulu (tau sendirikan di gunung susah banget nyari tempat buat buang air apalagi cewe) Jadi, untuk mencegah dehidrasi saat pendakian, kalian bisa mengganti minum dengan madu, coklat atau gula merah. Dijamin ga akan berasa haus selama perjalanan.
  • Jangan terlalu banyak ngobrol saat mendaki, nanti energy kalian cepet habis. Mungkin Cuma terlihat mulut yg bergerak tapi coba deh kalian jangan ngobrol pas pendakian, kalian konsentrasi pada jalanan, mengatur nafas sambil menikmati alam sekitar. Itu jadi lebih ringan!!!
  • Ketika mulai lelah melangkah, jangan terlalu sering menistirahatkan kaki dengan duduk apalagi dengan kondisi kaki menekuk. Coba deh kalo sudah mulai lelah kamu hanya berdiam diri sejenak mengatur nafas dengan posisi tetap berdiri. Sehingga pas memulai langkah lagi kamu tidak terasa berat. Langkah mu semakin banyak dan istirahat mu berkurang.

Disetiap warung kita beristirahat, kita istirahat mengikuti devi. Karena dia sangat bersusah payah untuk melangkah (dapat dimaklumi ya). Kalo gue ga bisa kalo istirahat di warung ga makan tempe kemul. Gue maniak banget gorengan ini, semacam rindu yang dirasakan oleh lidah dan perut. Gue ga mau menyesal belakangan setelah tempe kemul di puncak berlalu. Biasanya gue ga pernah nyentuh Semangka waktu pertama kali nanjak ke sini. Dan kali ini gue coba dan hasilnya ketagihan. Rasa semangka saat makan di jalur nanjak sama di bawah beda rasanya, lebih nikmat disini. Saat makan tempe kemul di jalur sama di bawah berasa lezatan makan disini. Coba deh…!!

IMG20180817215041

Setelah warung-warung berlalu, medan semakin curam, licin dan berdebu. Dan devi semakin terngeos-ngeos melangkah, bisa di bilang Lima langkah lalu istirahat 5 menit secara continue. Bayangkan…. Sedangkan gue dan fean kedinginan karena nunggu dia istirahat karena tidak bergerak. Saat di pendakianlah semua akan terlihat, kestiakawanan, keegoisan, manja, kuat atau mengikuti ritme yang lain. Devi mulai nanya terus “masih jauh atau tidak?” masih lama apa sebentar lagi? Dsb menunjukan keluh dalam diri… Setidaknya dia tidak melontarkan kata keluhan lelah dan sebagagainya karena kita semua juga sama lelah dan sebagainya…

Semakin mendekati puncak, angin semakin kencang, debu berterbangan. Dan lelah kita tak berkeringat karena suhu udara semakin dingin. Seolah kita mendekati langit tanpa penghalang satu helaipun dedaunan. Tenda-tenda sudah banyak berdiri, bahkan seolah tak ada space untuk kita mendirikan tenda. Mereka sudah kedinginan termasuk gue, tapi gue mencoba untuk faith disini. Gue memutuskan untuk mendirikan tenda di jalur pendakian pada tanah yang tidak rata, karena kondisi angin yang semakin kencang. Gue keluarkan tenda dari carriel beserta seperangkat lainnya, gue minta bantuan orang-orang terdekat yang sedang merengkuk kedinginan dibalik tenda yang lain. Ini pertama kalinya gue mendirikan tenda, sebelumnya gue ga pernah merhatiin orang buat tenda, perlengkapan ini fungsinya apapun gue ga tau, gue awam banget tentang tenda. Tapi Bismilllah… Gue ga berharap banyak sama devi dan fean, tapi fean berusaha ngebantu dengan memberi penerangan dengan headlamp dan senter di tangan. Dan dia menyediakan perlengkapan yang dibutuhin buat mendirikan tenda. Sedangkan gue tau banget devi berdiri ngeliatin kita buat tenda sambil menggigil kedinginan, sebentar-sebentar bilang “dingin” dan sebentar lagi bilang “mau pipis” hahaha…sementara yang lain melawan angin sementara debu menimpa wajah-wajah kita, dan sampai pada yang terakhir memasang empat pasak pada 4 sudut. Tenda sudah siap… Terima kasih semua yang telah membantu kita membangun tenda yang tidak tahu namanya. Sampai Jumpa di puncak berikutnya… Barang-barang di masukan ke tenda lalu kita yang masuk. Setidaknya Angin tidak langsung menampar tubuh kita tapi dingin tetap menusuk-nusuk tulang kita.

Devi kedinginan, langsung gue bantu dia mamakai sleeping bag, begitu juga Fean. Setelah itu baru gue… Gimana bisa tidur, udara dingin sekali, yang ada menggigil hebat… Gue sedikit khawatir dan berusaha tidak panic melihat mereka ber-2 kedinginan. Gue Cuma minta ke mereka untuk bilang ke gue kalo misalkan ada yang sakit, atau udah merasa ga kuat. Untuk menghilangkan rasa dingin, gue dan fean cemilin chiki yang di bawa tanpa henti, dan itu lumayan membantu walaupun setelah chiki habis dingin berasa kembali. Devi mau buang air kecil, gue anter dia ke tempat yang jauh dari tenda-tenda dan sepi. Setelah itu kita tidur, mungkin tidur kita tidak senyenyak di rumah karena udara begitu dingin. Suara tenda tidak kunjung henti di terjang angin sepanjang malam Ini.

Hari Sabtu, Tanggal 18 Agustus 2018

1-6

Pukul 05.00 Wib sudah pagi, suara langkah kaki beramai-ramai sudah terdengar diluar. Mereka ingin melihat sunrise bersama, begitupun dengan kita. Rasanya berat melangkah keluar tenda, karena dingin masih saja belum mereda. Tapi kita harus melawannya, untuk melihat sunrise. 1… 2… 3… Tenda segera dibuka dan kita ber-3 bergegas keluar. Tidak jauh dari tenda, melewati sedikit tanjakan, kita benar-benar sudah berada di puncak, dimana kita dapat melihat langit yang luas, hamparan bukit di bawah. Dan di depan sana kita melihat garis cahaya pertanda fajar telah menyingsing, Matahari akan menampakan dirinya. Sementara Debu berterbangan di sapu angin, Tubuh membeku. Tapi tak mengalahkan rasa ingin melihat Matahari Terbit. Untuk kesekian kalinya ku ucapkan Subhanallah, Tidak ada yang dapat membuat keindahan ini berulang-ulang kecuali Engkau. Aku tak ada apa-apanya dibanding atas semua kuasa Mu, ciptaan-Mu dan Kesempatan Ini.

Mengambil beberapa gambar sebagai kenang-kenangan. Lalu kita segera kembali ke Tenda untuk membongkarnya. Setelah di bongkar dan di rapihkan kembali, packing lalu kita turun.

IMG20180818060917

Untuk naik kita menghabiskan kurang lebih 3,5 Jam sedangkan turun kita hanya menghabiskan waktu kurang lebih 2 Jam. Devi 2 kali jatuh kepeleset pasir , Pokoknya dari kita ber-3 yang paling menjiwai pendakiannya yaitu Devi, karena dia paling kotor celana dan tas nya… hahahaha.. Kita mampir di warung terakhir untuk beristirahat makan tempe kemul, semangka, nyeduh pop mie dsb… Kita lapor dulu kalo kita sudah turun ke tempat regrestrasi awal, Jangan lupa bawa sampah mu turun ya adver setelah nanjak. Hahaha..

Di Basecamp kita disuguhkan pertunjukan penduduk dieng yang memeriahkan hari kemerdekaan dengan pawai. Setiap RT menunjukan kebolehannya. Dan semua dari pertunjukan tersebut memiliki keunikan masing-masing. Mereka keliling menyusuri jalan, mereka sangat kompak. Dan gue bangga Dieng menjadi bagian Bangsa Ini. Penduduknya yang Ramah, tradisi yang masih dijalankan, kebudayaannya, kekompakannya, tiap lekuk dari bagian dieng membuat gue jatuh cinta. Dan gue ga akan pernah bosan untuk kembali dan mengajak orang-orang yang gue sayangi merasakan apa yang gue rasakan disini.

Kita kembali ke homestay, dan disana masih sepi tak ada seorang pun didalamnya, tapi sudah disuguhkan makanan sarapan buat kita. pasti ibu udah datang dari Wonosobo, atau mereka ikut pawai juga?mangkanya ga ada disini sekarang. Kita mandi dahulu bergantian, lalu re-packing kemudian bermalas-malasan didalam selimut tebal. Ibu pun datang, yeayyy…. Akhirnya berasa deh kita numpangnya.. :p . Berhubung Mas Heri belum juga muncul, akhirnya kita bayar semuanya ke ibu…

Setelah itu kita berniat untuk berkunjung ke Telaga warna, sampai didepan homestay ketemu salah satu pengunjung bawaan mas heri. Namanya gue udah Tanya yaitu “Pingki Mareta”. Ahhh… ga  usah bahas namanya ya, gue aja heran. Tapi Insya Allah dia cowo tullen. Tetep umur masih tua’an gue lah yahh… dia mau ngikut ke Telaga Warna bareng kita, yang belum tentu akan ketemu. Namanya juga jalan baru, baru di cari… hahahaha…

Kita ditunjukan jalan lain menuju Telaga warna yaitu lewat desa jogjogan. Kita hanya perlu jalan 30 menit menyusuri jalan perumahan warga, perkebunan warga menanjak… Dan Yes kita temukan telaga warna yang dapat di lihat dari sisi lain. Disini ada Kebun Bunga Hydrangea, kita juga abadikan dengan mengambil gambar. Lalu berfoto di telaga warna. Jalanan ini kan hanya warga yang tahu, jadi sepi banget… masih asri.

1-9

1-4

Tidak berlama-lama, kita langsung kembali ke homestay, owh iya.. kalian tau kita exited banget ngeliat pelangi ditengah kebun. Padahal Matahari lagi terik-teriknya. Pelangi muncul pada air yang keluar dari selang yang sedang menyirami kebun di awasi oleh pengelola kebun alias bapak-bapak penduduk situ. Kalian ga percaya?? Okeh untung ajah gue abadikan, chek it out!!

IMG20180818142029

Capek yah, jalan turunnya karena jalanan sudah peluran. Sesampai di Homestay Pingki sudah di tunggu teman-temannya, sedangkan kita ber tiga lagi cari tahu villa dde Irma dan keluarga. Karena malam  terakhir di dieng ini, kita mau nginep disana… setelah berkali-kali koordinasi. Gue memutuskan kearah dieng dan melewati Batu bertuliskan Welcome To Dieng dan Losmen Bu Djono. Sampailah kita di depan gang villa almond. Tepat di depan kita terlihat tukang bakso, kita memutuskan untuk makan bakso dulu. Setelah itu ke villa Almond tempat dde Irma dan keluarga menginap.

Sesampai disana, devi cerita panjang lebar tanpa jeda ke dde Irma tentang pendakiannya, pengalamannya, ketemu ini dan blah blah blah… kalo gue Cuma antara niat ga niat dengerin… hahahaha… Dengerin fean curhat setelah devi tidur juga berfaedah dari pada bengong same handphone. Sampai pada akhirnya kita ketiduran, dan dde Irma bawa sate buat kita… asiikkk… berhubung devi ga bisa dibangunin alias bilang ga mau makan, gue sama fean yang nyantap tuh sate… Alhamdulillah… setelah itu kita tidur lagi…

Hari Minggu, Tanggal 19 Agustus 2018

Pagi ini kita berencana sarapan di Losmen Bu Djono rekomendasi gue, kangen juga kesana. Kita ber-6 jalan kaki kesana (gue, devi, fean, Irma, suaminya Ari, anaknya Ilham). Gue dan Devi yang mesen duluan makanan, sedangkan mereka mencari oleh-oleh di samping. Setelah itu mereka menyusul kita.

Kembali ke villa, re-packing untuk otw Jakarta. 11.30 wib kita sudah keluar dari villa, dde Irma dan keluarga menggunakan mobilnya, sedangkan kita ber-3 berjalan ke depan gang untuk naik mikro bus Jurusan Dieng – Terimanal Wonosobo. Uang kita bener sisa minim, gue tinggal 50 ribu, fean tinggal 75 ribu dan devi tinggal 50 ribu. Kita memutuskan untuk tidak menambah uang tersebut sampai ke Jakarta. Owh iya, sedikit diberi nafas, dde Irma kasih kita uang 100 rb untuk pembayaran makan di bu Djono tadi. Perjalanan Pulang di mulai…

Kita naik mikro bus yang lumayan sepi sehingga kita dapet duduk. Tidak beberapa lama kita di berhentikan di sebuah tempat dan diminta pindah ke bus selanjutnya. Gue sempet bingung, awalnya. Tapi positif thinking, mungkin sekarang emang ada transit buat ke Terminal Wonosobo kalau dari dieng. Sekitar 10 menit kita duduk, nunggu bus jalan. Ada seorang cowo seperti pemandu wisata, meminta kita mengkosor solat dzuhur dan Ashar. Kita ber-3 bingung, dan gue langsung nanya Bus ini ke terminal Wonosobo atau tidak?? Dan ternyata mereka itu rombongan yang akan pulang ke Bekasi. What??? What the fuck mamen… Tengsin gila… muka gue mau di taroh dimana sekarang?? Okeh gue langsung minta maaf dan ucapin terima kasih atas penjelasannya langsung turun dan nanya ke supir bus sebelahnya. Apa dia ke Wonosobo?? Ternyata tidak bus yang parkir di tempat tersebut adalah bus pesanan/rombongan semuanya. Dan kita di arahkan ke jalan raya untuk menunggu Mikro Bus lain lewat. Sumpah malu gue,,, Tapi is oke ini luchuu.. luchu parah…

Kita nunggu bus berikutnya di pinggir jalan tepat di depan warung sembako. Kita masih mentertawakan diri kita atas kesalah pahaman ini. Hahaha. Satu per satu bus lewat, tetapi tidak ada yang kosong. Sedangkan devi ga mau naik kalo tidak dapat tempat duduk. Owh My God, ini mah sampe maghrib juga ga akan ada. Ya sudahlah, ditunggu ajah, siapa tau kemungkinan ada. Ratusan detik udah berlalu, ga ada mikro bus yang kosong yang di harapkan devi. Dan gue ga boleh berhentiin bus, pas busnya masih jauh…Tapi pas busnya di depan mata ajah…What?? Gimana dia ngeliat kita nyuruh berhenti?? Gimana dia tahu kita mau naik??? Hadehhhh luchu sekali temen gue yang satu ini. Kelamaan nunggu bus, pada akhirnya Devi mau naik bus walaupun ga dapet duduk. Hahahaha… akhirnya dia sadar juga, karena ga semua yang dia inginkan, harapkan, yang enak-enak dapat ter-realisasi di luaran sana. Pada akhirnya kita dapet bus yang padet banget sama penduduk yang bediri. Sedangkan pendaki-pendaki sedang tertidur di kursi. Kita berdiri menyumpel diantara penduduk. Hahaha… gue liat ekpresi Devi ketawa-ketawa berisik hingga penduduk lainnya nyinyir. Ya sudahlah yah, muka tembok ajah gue.. toh besok ga ketemu lagi. hahaha

Terminal Wonosobo, kita langsung beristirahat di dekat musholah. Kita solat dulu, lalu tidur-tiduran sambil nyemilin chiki. Ethhh, gue kasih tau nih.. berhubung kita cewe normal.. kalo liat cowo bening dikit langsung kode-kode-an tapi kalo temen gue Devi !! diliatin ajahh tuh cowo sampe besar kepala… Ya sudahlah yah intinya cowo ataupun cewe intinya sama-sama punya insting kalo liat yang bening2. Gue dan fean beli mie ongklok khas dieng langganan gue kalo ke sini sambil anterin fean beli oleh” kemudian kita tuker tiket bus sementara menjadi tiket Asli+dapet minum 600ml setiap orang.

Pukul 16.00 Wib jadwal keberangkatan bus, realitanya bus baru jalan 16.30 Wib. Dapat di maklumi ketimbang pas gue berangkat. Arah pulang ga macet, kecuali di bekasi cikarang karena ada pembangunan LRT. Sempet Pesimis pas di Bekasi karena Jam sudah menunjukan Pukul 05.45 Wib. Gue inisiatif wa Manager gue dan spv gue untuk izin datang telat. Sampai di perempatan Cengkareng Tepat pukul 07.30 Wib. Kalo gue turun disini dijamin sangat amat ga telat. Tapi Supir bus ga bisa nurunin penumpang kecuali di terminal kalideres. Meskipun gue minta diberhentiin di Halte terdekat. Okeh fiks pir… lo bikin gue sama temen-temen gue telat. Sesampainya di Terminal kita berjalan keluar sebentar untuk memesan Gojek karena kalo di dalem terminal gojek jarang boleh masuk. Satu per satu pesanan gojek datang dan Kita Sampe Kantor Telat 30 menit.

Hari Senin, Tanggal 20 Agustus 2018 Perjalanan Finish

Hai Adver gue ga akan pernah bosen-bosen ingetin kalian untuk menghentikan vandalisme, merusak alam, mencoret-coret dan buang sampah sembarangan. Jangan mengambil apa pun selain gambar. Jangan meninggalkan apa pun selain jejak kaki. Lestari Alam ku, Lestari tempat main ku.

  • Masang tenda dan camping di Dieng adalah pengalaman pertama ku
  • Ngajak temen muncak pertama kalinya juga yang pertama
  • Ke Telaga Warna dengan jalur baru juga pengalaman
  • Punya temen baru pun adalah bonus
  • Memberi penglaman pertama Devi dan fean juga sangat membahagiakan

Berikut gue kasih Rincian biaya yang kita keluarkan selama di Dieng :

No Keterangan  Per Orang   Ber-3 
TRANSPORTASI
1 Bus Pariwisata Dieng Indah (Pergi)              135.000              405.000
2 Bus Mikro Wonosobo – Prau (Pergi)                 20.000                60.000
3 Bus Mikro Prau – Dieng (Pergi)                   3.500                10.000
4 Bus Mikro Dieng – Wonosobo (Pulang)                   5.000                15.000
5 Bus Sinar Jaya (Pulang)               22.000              366.000
             285.500             856.000
MAKAN
1 Makan Bakso (Peristirahatan ke-1)                 15.000                45.000
2 Makan Warteg sblm Pendakian                 13.000                39.000
3 Makan di Homestay + Sewa Perlengkapan                 34.000              102.000
4 Makan Bakso di Dieng                 17.000                51.000
5 Makan di Budjono                 16.000                48.000
6 Mie Ongklok                 15.000                30.000
             110.000              315.000
WISATA GN. PRAU                 11.700                35.000
LOGISTIK
Aqua + Pop mie yang di beli Devi (di rmh fitri)                20.000
Aqua yang di beli Fitri (gn. Prau)                14.000
Sari Gandum + Ciki 2 (Devi)                19.600
Sari Gandum + Permen+Tissu Basah+Minyak Kayu Putih(fitri)                30.000
Aqua +Ciki 2                16.800
             100.400
BIAYA KESELURUHAN          1.306.400
BIAYA PER ORANG             435.467

Semoga bermanfaat tulisan gue kali ini, sampai bertemu di perjalanan berikutnya. Salam ngemper ngopi bareng gue…

 

 

2 Comments Add yours

  1. Steven berkata:

    Seruu sekali baca pengalaman mba Fit dan teman” nya di Diengg, jadi pengen berangkat juga nih ke Dieng jadi nya gara” baca Blog mba fit hahaha

    di tunggu pengalaman” yang lain nya yang superrr yah mba fit hehehe
    sukses selalu 🙂

    Suka

    1. Terima kasih, ko epen sudah berkunjung, baca dan ninggalin jejak… semoga koko punya kesempatan buat ke Dieng bersama Istri dan calon Baby…Sukses selalu juga

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.